[Ujung embun, seperti sumbernya, tetesannya yang
berasal dari masyarakat tak lain hanyalah ujian dan kini telah tertinggal
jauh.]
Seperti embun pagi yang menggantung di ujung daun, dan
tetesan yang telah jatuh ke akar—hanya karena ada perbedaan antara awal dan
akhir, bukan berarti tetesan itu tak akan lenyap. Hal yang sama berlaku untuk
kehidupan manusia.
Saat aku membuka pintu, suara lonceng yang lembap
menggema. Tetesan hujan yang jatuh ke wajahku saat aku menatap keluar dari
toko, mengingatkanku pada lagu itu.
Sudah hampir satu tahun sejak ibuku meninggal. Hari
itu pun hujan.
“Tsuyukusa.”
Hari ini, aku pulang sendirian, dan terus menunggu di
tempat yang ibuku tinggalkan untukku.
Aku sempat duduk di kursi sebentar. Namun, aku naik ke lantai dua ketika merasa seperti ada yang memanggilku—padahal seharusnya tak ada siapa-siapa di sana.
Posting Komentar